Senin, 30 Maret 2009

Perlu Diperkenalkan Agroforestri dan Konsep Pertanian-Peternakan


Saya mengusulkan agroforestri, teknik budidaya yang memadukan pertanian dan kehutanan, untuk mengganti ladang berpindah yang penyiapan lahannya dengan pembakaran. Agroforestri diterapkan pada beberapa lahan milik seorang peladang. Lahan pertama penyiapannya memang dibakar kemudian ditanami beberapa tanaman sekaligus seperti karet, buah-buahan, kayu-kayuan, kedelai, kacang tanah, lada, dan jagung. Sambil menunggu pohon berkayu tadi tumbuh besar, kedelai, kacang tanah, lada, dan jagung dapat dipanen.

Budidaya serupa dilakukan di lahan lainnya. Selama 10 tahun kemudian, di ladang pertama pohon buah dan kayu sudah bisa dipanen. Ketika itu kemungkinan besar pemilik lahan tidak akan membakar karena perasaan sayang. Ketika ke ladang lainnya, demikian pula kondisinya. Pemilik hanya tinggal memanen dan memanen. Tidak perlu lagi membakar lahan untuk dijadikan ladang.

Selain agroforestri, pemilik ladang juga bisa memelihara ternak. Sersah-sersah tanaman bisa untuk pakan ternak. Kotoran ternak bisa untuk pupuk. Ada keuntungan lain dengan penerapan agroforestri, yakni jaminan adanya vegetasi cukup di suatu luasan lahan. Dengan sendirinya, lahan punya kemampuan menyimpan air dan unsur-unsur hara di tanah yang diperlukan oleh tumbuhan. (BRO)

Saya mengusulkan konsep pertanian-peternakan terpadu yang berarti mempraktikkan pertanian menetap di suatu kawasan. Penyiapan lahan budidaya sebelum ditanami tidak dengan dibakar, melainkan diolah dengan alat bajak atau traktor dan dipupuk sebelum ditanami.

Sampai masa panen tiba, ada kegiatan perawatan dan pemupukan berkala. Perawatan tanaman berarti juga membersihkan lahan dari tanaman pengganggu dan membuang tanaman yang rusak.

Dalam masa budidaya itu, petani mengembangkan peternakan sapi, kambing, itik, atau ayam. Tanaman pengganggu atau yang rusak bisa untuk pakan ternak. Sebaliknya, kotoran ternak untuk pupuk lahan.

Petani juga dikenalkan dengan penggunaan pupuk kimia untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara pada lahan yang ditanami.

Pola budidaya pertanian menetap memungkinkan petani menikmati panen dua sampai tiga kali dalam satu tahun.

Sementara itu ampas panen tanaman bisa jadi pakan ternak dan kotoran ternak kembali menjadi pupuk. Hasil penjualan panen dapat dipakai untuk membiayai kehidupan dan membeli pupuk kimia.

Pada awalnya, tentu petani membutuhkan bantuan dari pemerintah. Bantuan atau stimulan tersebut diawali dengan penyuluhan, dan pembinaan sampai petani bisa mandiri.

Cara ini bisa diterapkan lebih dulu pada beberapa kelompok tani sebagai sebuah percontohan sebelum selanjutnya disebarluaskan kepada individu-individu petani.

Pemerintah daerah di Kalimantan Timur sebenarnya sudah menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian, tinggal memfokuskan programnya agar tidak terus-terusan perladangan berpindah terjadi.

Pemerintah di awalnya juga harus membuka jalan untuk pemasaran. Dengan konsep tersebut, petani diarahkan dari bercocok tanam untuk kebutuhan sendiri menjadi untuk komoditas perdagangan. (BRO/YNS)

Sumber :
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0609/11/daerah/2941746.htm
11 September 2006. Diunduh 30 Maret 2009

Sumber Gambar:
http://www1.montpellier.inra.fr/safe/french/PAC/Photo/cranfield.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar